Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online
Agen Poker Online

Cerita Dewasa : Meleyani Nafsu Mertuaku

ini menceritakan perselingkuhan antara seorang suami dengan ibu mertuanya ketika isterinya sedang pergi ke luar kota. Mereka berdua menikmati hubungan seks terlarang ini. Seakan melepaskan nafsu birahinya, anak menantu dan ibu mertua ini mencapai kenikmatan seks yang mereka dambakan dan pendam selama ini. Selengkapnya, simak Cerita Dewasaberikut ini!

Cerita Dewasa : Meleyani Nafsu Mertuaku - http://www.seulas.com/

Bapak mertuaku (Pak Tom, samaran) yang berusia sekitar 60 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun, tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas.

Ibu mertuaku (Bu Mar, samaran) walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau tidak cantik tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya.

Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Mar mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya.

Dalam pelukannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu kangen sekali denganmu”, sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, “Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, “Suuur…, Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti.

Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya.

Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti.
“Lho…, Mur (nama istriku), kok Mas mu nggak diajak..?”, tanya ibunya.
“Laah.., nggak usahlah Buuu…, biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok”, sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja.

Tidak lama setelah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, “Nak Suuur…, kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana”. Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu.

Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, “Buuu…, ada apa buuu?”. Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, “Nak Suuur…, tolooong Ibuuu”, dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, “Bagian mana yang sakit Buuu”, dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, “Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”.

Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, “Buuu…, apa ada bagian lain yang sakit..?
“Nggak ada kok Suuur…, cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..”, jawabnya.
“Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya”.
Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata, “Ayooo..lah nak Suuur…, nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu…, ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan.

Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, “Bagaimana Buuu…, apa bagian ini yang sakit..?
“Betul Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, “Nak Suuur…, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”, sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.

“Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar.
“Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu.
“aah… kenapa sih Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan.
“Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagian CD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya.

“Nak Suuur..”, katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, “ssshh…, ssshh”. Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras.
“Buuu…, Saa…yaa”, dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, “Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?”.
“Buu…, Saa…, yaa…, takuuut kalau nanti bapak datang”, sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, “Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”,terdengar seperti mengiba.

Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs “17 Tahun.Com” pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada.
“Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku.
“Buuu…, biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?”, pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, “Nggak usah naak…, selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu”, serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku.

Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi.
“Buuu…, boleh saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin.
“Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, boleh lakukan apa saja..”, katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, “Buuu…, boleh saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..?
“Bool…, eh…, boleh…, sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, “ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku.

“Naak Suuur”, kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, “Ibuu…, ingin melihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku.
“Iyaa…, Buu…, saya buka celana dulu Buuu”, sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Segera saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, “Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras lagi, ayooo…, dong cepaat.., dibuka celananya…, agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas”, katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan.

Cerita Dewasa : Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali”, padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.

“Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”, teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping.

Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambil memegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, “ssshh…, aacccrrr…, ooohh”, mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku.

Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, “Naak Suuur…, Ibu juga kepingin punya ibu dijilati”, dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, “Buuu…, apa boleh…, saya lakukan?”, dan segera saja ibu menjawabnya, “Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu…, naak…, ibu sudah lama kepingin di gituin”.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, “Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur”.

Tanpa kujawab permintaannya, aku mulai melebarkan kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak bulu vaginanya yang lebat itu untuk melihat belahan vagina ibu dan setelah bibir vagina ibu terlihat jelas lalu kubuka bibir kemaluannya dengan kedua jari tanganku, ternyata vagina ibu mertuaku telah basah sekali. Ketika ujung lidahku kujilatkan ke dalam vaginanya, kurasakan tubuh ibu menggelinjang agak keras sambil berkata, “Cepaat…, Suuur…, ibu sudah nggak tahaan”.

Dengan cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke dalam vaginanya sambil kujilati dan kusedot-sedot dan ini menyebabkan ibu mulai menaik-turunkan pantatnya serta bersuara, “ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur”, Lalu kukecup clitorisnya berulang kali hingga mengeras, hal ini membuat ibu mertuaku menggelinjang hebat, “Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh”, sambil kedua tangannya menjambak rambutku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Kecupan demi kecupan di vagina ibu ini kuteruskan sehingga gerakan badan ibu mertuaku semakin menggila dan tiba-tiba kudengar suara ibu setengah mengerang, “aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, mau.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh”, disertai dengan gerakan pantatnya naik turun secara cepat.

Gerakan badannya terhenti dan yang kudengar adalah nafasnya yang menjadi terengah-engah dengan begitu cepatnya dan tangannyapun sudah tidak meremas-remas rambutku lagi, sementara itu jilatan lidahku di vagina ibu hanya kulakukan sekedarnya di bagian bibirnya saja. Dengan nafasnya yang masih memburu itu, tiba-tiba ibu mertuaku bangun dan duduk serta berusaha menarik kepalaku seraya berkata, “Naak Suuur…, ke siniii…, saayaang”, dan tanpa menolak kuikuti saja tarikan tangan ibu, ketika kepalaku sudah di dekat kepalanya, ibu mertuaku langsung saja memelukku seraya berkata dengan suara terputus-putus karena nafasnya yang masih memburu, “Suuur…, Ibu puas dengan apa yang Nak Suuur…, lakukan tadi, terima kasiih…, Naak”. Ibu mertuaku bertubi-tubi mencium wajahku dan kubalas juga ciumannya dengan menciumi wajahnya sambil kukatakan untuk menyenangkan hatinya, “Buuu…, saya sayang Ibuuu…, saya ingin ibu menjadi…, puu..aas”.

Setelah nafas ibu sudah kembali normal dan tetap saja masih menciumi seluruh wajahku dan sesekali bibirku, dia berkata, “Naak Suuur…, Ibu masih belum puas sekali…, Suuur…, tolooong puasin ibu sampai benar-benar puaas…, Naak”, seraya kurasakan ibu merenggangkan kedua kakinya. Karena aku masih belum memberikan reaksi atas ucapannya itu, karena tiba-tiba aku terpikir akan istriku dan yang kugeluti ini adalah ibu kandungnya, aku menjadi tersadar ketika ibu bersuara kembali, “Sayaang…, ayooo…, tolooong Ibu dipuasin lagi Suuur, tolong masukkan punyamu yang besar itu ke punya ibu”.
“Buuu…, seharusnya saya tidak boleh melakukan ini…, apalagi kepada Ibuu”,sahutku di dekat telinganya.
“Suuur…, nggak apa-apa…, Naak…, Ibu yang kepingin, lakukanlah Naak…, lakukan sampai Ibu benar-benar puas Suuur”, katanya dengan suara setengah mengiba.

“aahh…, biarlah, kenapa kutolak”, pikirku dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu mengambil ancang-ancang dan kupegang penisku serta kuusap-usapkan di belahan bibir vagina ibu mertuaku yang sudah sedikit terbuka. Sambil kucium telinga ibu lalu kubisikkan, “Buuu…, maaf yaa…., saya mau masukkan sekarang, boleh?”.
“Suur…, cepat masukkan, Ibu sudah kepingin sekali Naak”, sahutnya seperti tidak sabar lagi dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan kalimatnya aku tusukkan penisku ke dalam vaginanya, mungkin entah tusukan penisku terlalu cepat atau karena ibu katanya sudah lama tidak pernah digauli oleh suaminya langsung saja beliau berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, pelan-pelan saayaang…, ibu agak sakit niiih”, katanya dengan wajah yang agak meringis mungkin menahan rasa kesakitan. Kuhentikan tusukan penisku di vaginanya, “Maaf Buu…, saya sudah menyakiti Ibu…, maaf ya Bu”. Ibu mertuaku kembali menciumku, “Tidak apa-apa Suuur…, Ibu cuma sakit sedikit saja kok, coba lagi Suur..”, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungungku.

“Buuu…, saya mau masukkan lagi yaa dan tolong Ibu bilang yaa…, kalau ibu merasa sakit”, sahutku. Tanpa menunggu jawaban ibu segera saja kutusukkan kembali penisku tetapi sekarang kulakukan dengan lebih pelan. Ketika kepala penisku sudah menancap di lubang vaginanya, kulihat ibu sedikit meringis tetapi tidak mengeluarkan keluhan, “Buuu…, sakit.., yaa?”. Ibu hanya menggelengkan kepalanya serta menjawab, “Suuur…, masukkan saja sayaang”, sambil kurasakan kedua tangan ibu menekan punggungku. Aku segera kembali menekan penisku di lubang vaginanya dan sedikit terasa kepala penisku sudah bisa membuka lubang vaginanya, tetapi kembali kulihat wajah ibu meringis menahan sakit. Karena ibu tidak mengeluh maka aku teruskan saja tusukan penisku dan, “Bleess”, penisku mulai membongkar masuk ke liang vaginanya diikuti dengan teriakan kecil, “Aduuuh…, Suuur”, sambil menengkeramkan kedua tangannya di punggungku dan tentu saja gerakan penisku masuk ke dalam vaginanya segera kutahan agar tidak menambah sakit bagi ibu.
“Buuu…, sakit yaa..? maaf ya Buuu”. Ibu mertuaku hanya menggelengkan kepalanya.
“Enggak kok sayaang…, ibu hanya kaget sedikit saja”, lalu mencium wajahku sambil berucap kembali, “Suuur…, besar betul punyamu itu”.

Pelan-pelan kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku yang terjepit di dalam vaginanya keluar masuk dan ibupun mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan sambil berdesah, “ssshh…, oooh…, aahh…, sayaang…, nikmat…, teruuuskan…, Naak”, katanya seraya mempercepat goyangan pantatnya. Akupun sudah mulai merasakan enaknya vaginan ibu dan kusahut desahannya, “Buuu…, aahh…, punyaa Ibu juga nikmat, buuu”, sambil kuciumi pipinya.

Makin lama gerakanku dan ibu semakin cepat dan ibupun semakin sering mendesah, “Aah…, Suuurr…, ooh…, teruus…, Suur”. Ketika sedang nikmat-enaknya menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya, ibu menghentikan goyangan pantatnya. Aku tersentak kaget, “Buuu…, kenapa? apa ibu capeeek?”, Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, “Suuur…, coba hentikan gerakanmu itu sebentar”.
“Ada apa Buuu”, sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.
“Suuur…, kamu diam saja dan coba rasakan ini”, kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, “Buuu…, aduuuh…, enaak…, Buu…, teruus Bu, oooh…, nikmat Buu”, dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.
“oooh…, aah…, Suuur…, enaak Suuur”, dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.

Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, “Kenapa…, Suuur…, kok berhenti?”, tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.

Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil, “Suuur…, aduuuh…, punyamu masuk dalam sekali…, naak…, aduuuh…, teruuus sayaang…, aah”, dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, “Ooohh…, aahh…, Suuur…, enaak…, terus, tekan yang kuaat sayaang”.

Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Kembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, “Buuu…, coba ibu tengkurap dan nungging”, kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, “Aduuh…, Suuur…, kamu kok macem-macem sih”, komentar Ibu mertuaku. Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, “Aduuuh Suuur, oooh”, dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak, “oooh…, oooh…, Suuur”, dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, “Suuur…, Ibu capek Naak…, sudaah Suuur…, Ibuu capeeek”, dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.

Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat. Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, “Suuur…, jangaan…, kuat-kuat Naak…, badan ibu sakit semua”, sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.

Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, “Maaf…, Buu…, kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan”, segera saja ibu berucap, “Suuur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo…, Suuur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas”.
“Iyaa…, Buuu…, saya akan coba lagi”, sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.

Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, “ooohh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, oooh”, seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.

Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, “Nak Suuur…, aduuuh…, Ibuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu kelluaar”. Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, “Bagaimana…, Buuu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.

Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya, “Buu…, saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?”, seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku, “Jangaan…, Suuur…, jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…, sayaang”, terus kembali menutup matanya.

Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan, “Tidaak…, Buuu…, saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini”, sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku. Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, “Aduuuh…, oooh…, Buuu”.
“Kenapa…, sayaang…, enaak yaa?”, sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, “Buuu…, enaak sekaliii”, dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, “oooh…, aah…, Suuur…, teruuus…, naak…, aduuuh…, enaak sekali”.

Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar, “Buuu…, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau keluaar”, sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, “Suuur…, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, sudah dekat, ooohh…, ayooo Suuur…, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.

“Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.

Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.
“Buuu…, apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?”, tanyaku.
“Mungkin saja Suuur…, kenapa Suuur?”, Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku.
“Buuu…, kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia”, ibu hanya diam dan seperti berfikir.
Setelah diam sebentar lalu kukatakan, “Buuu…, sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi.

Cerita Dewasa : Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Mur, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku. Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.

Cerita Dewasa : Bercinta dengan Rini si ayam Kampus

malam itu seusai rapat organisasi, aku segera menstart motorku untuk pulang. Rasanya pengin sekali segera sampai di rumah, makan, lalu tidur. Tetapi baru saja sampai di gerbang depan kampus seseorang menyapaku, dan ketika aku toleh arah suara itu ternyata Rini, anak fakultas ekonomi. Ngapain anak ini sendirian di gerbang?

Cerita Dewasa : Bercinta dengan Rini si ayam Kampus - http://www.mediapublix.net/


Belum pulang, Rin?
Belum Den, habis nungguin bis lewat, lama amat. Jawabnya sambil berkedip-kedip genit.
Bis lewat ditungguin, gue antar deh?
Bener situ mau nganterin?
Yah, pokoknya nggak gratis. Situ tau sendiri deh. Ujarku menggoda.
Ah, bisa aja.

Rini mencubit kecil pinggangku lalu segera naik ke boncengan. Tangannya melingkat erat di pinggangku, lalu melajulah motor di ramainya jalanan. Lama-kelamaan si Rini malah menempelkan dadanya di punggungku. Tau nggak, rasanya benar-benar empuk dan hangat. Wuih, terasa bener kalau dia nggak pake beha. Sebagai laki-laki normal, wajar dong kalo batang penisku tiba-tiba menegang.

Den, gimana kalo kita mampir ke taman kota? Aku dengar ada dangdutan di sana. Bisik Rini dekat di telinga kiriku.
Seleramu dangdut juga ya?

Rini kembali mencubit pinggangku, tapi kemudian mengelus-elus dadaku. Tengkukku mulai merinding. Ada maunya nih anak, pikirku waktu itu. Mungkin aku sedang dihadapkan salah satu ayam kampus, nih. OK, siapa takut!

Aku segera membelokkan sepeda motor ke taman kota. Lalu mencari tempat yang agak remang tapi cukup strategis untuk menikmati isi panggung yang terletak di tengah taman kota itu. Panggung yang kira-kira berukuran 66 meter itu tampak meriah dikelilingi ratusan pengunjung. Irama dangdut menggema memekakkan telinga.

Den, sini dong? Sini, duduk sama aku.
Aku duduk di belakang Rini yang masih duduk di boncengan motorku. Gadis itu nampaknya asyik benar mengikuti irama dangdut. Sedang aku lebih tertarik memelototi tubuh penyanyinya dibanding suaranya yang menurutku biasa saja.

Beberapa orang penyayi bergoyang hot membangkitkan gelora birahi para pria yang memandangnya, termasuk aku. Pandanganku beralih kepada Rini. Sayang aku hanya bisa memandang ubun-ubunnya saja. Aroma wangi menebar dari rambutnya yang bisa dibilang bagus, aroma yang eksotik. Kalau saja ada kesempatan, desahku.

Den, kok diam saja? Belum pernah lihat orang goyang ya?
Bukannya gitu, cuman gila aja mandang tuh cewek. Berani bener joget kayak gitu,
Ah, segitu saja. Coba kemarikan tanganmu!

Aku mengulurkan tangan kananku. Astaga, gadis itu memasukkan tanganku di balik bajunya sehinga tanganku benar-benar bisa merasakan kegemukan dadanya. Keringat dinginku tiba-tiba merembes, dadaku bergemuruh.

Rin, apa-apaan kamu ini? Ujarku lirih tanpa menarik kembali tanganku.
Kamu nggak suka ya? Tanya Rini kalem.
Engh.. Bukannya begitu..anu Jawabku tergagap.
Aku tau kamu suka. Aku juga suka Den, jadi nggak ada masalah kan? Kata Rini menoleh ke padaku.
I..iya sih.

Yah, begitulah. Akhirnya aku punya kesempatan. Tanganku membelai-belai dada Rini dengan bebasnya. Mempermainkan putingnya dengan gemas, kupelintir kesana kemari. Gadis itu bukannya kesakitan, tapi malah mendesah-desah kegirangan. Aku sendiri sudah nggak tahu berapa kali menelan ludah. Rasanya ingin memelintir puting itu dengan mulutku. Rupanya tangan kiriku mulai iri, lalu segera menyusul tangan kananku menerobos masuk di balik baju Rini. Meremas-remas kedua bukit yang tak terlihat itu.

Den, Deni.. tangan-tanganmu benar-benar nakal. Hoh.. aduh.. geli Den, Desah Rini menjambak rambutku yang cukup gondrong.
Rin, aku suka sekali.. bagaimana kalau kita..
Uhg.. heeh, iya.. aku mau.

Aku segera menghentikan kegiatanku mengobok-obok isi baju Rini. Lalu kami segera menuju sebuah hotel yang tak jauh dari taman kota. Tiada kami peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangi kami dengan sejuta pikiran. Masa bodoh, yang penting aku segera bisa mengencani Rini.**

Segera aku bayar uang muka sewa kamar, lalu kami melenggang ke kamar 51. Rini yang sedari tadi memeluk tubuhku kini tergeletak di atas springbed. Matanya yang sayu bagai meminta, tangannya melambai-lambai. Aku langsung saja membuka kancing bajuku hingga bertelanjang dada.

Den.. sudah lama aku inginkan kamu,
Oya? Kenapa tak bilang dari dulu? Ujarku sambil melepas kancing baju Rini.

Benarlah kini tampak, dua bukit kenyal menempel di dadanya. Tangan Rini membelai-belai perutku. Rasanya geli dan uh.. lagi-lagi aku merinding. Kutekan-tekan kedua putingnya, bibir gadis itu mengulum basah. Matanya yang semakin memejam membuat birahiku semakin terkumpul menyesakkan dada.

Den.. ayo.. kamu tak ingin mengulumnya? Ayo masukkan ke mulutmu.
Heh.. iya, pasti!

Aku segera mengangkangi Rini lalu berjongkok diatasnya, lalu menunduk mendekati dadanya. Kemudian segera memasukkan bukit kenyal itu ke dalam mulutku. Aku hisap putingnya perlahan, tapi semakin aku hisap rasanya aku pingin lebih sehingga semakin lama aku menghisapnya kuat-kuat. Seperti dalam haus yang sangat. Ingin rasanya aku mengeluarkan isi payudara Rini, aku tekan dan remas-remas bukit gemuk itu penuh nafsu. Rini merintih-rintih kesakitan.

Den.. hati-hati dong, sakit tahu! Perlahan.. perlahan saja Ok? Heh.. Yah, gitu.. eeh hooh..

Cerita Dewasa  : Busyet, baru menghisap payudara kiri Rini saja spermaku sudah muncrat. Batang penisku terasa berdenyut-denyut sedikit panas. Rini bergelinjangan memegangi jeans yang aku pakai, seakan ingin aku segera melorotnya. Tapi aku belum puas mengemut payudara Rini. Aku pingin menggilir payudara kanannya. Tapi ketika pandanganku mengarah pada bukit kanan Rini, wuih! Bengkak sebesar buah semangka. Putingnya nampak merah menegang, aku masih ingin memandanginya. Tapi Rini ingin bagian yang adil untuk kedua propertinya itu.

Ayo Den, yang adil dong.. Katanya sambil menyuguhkan payudara kanannya dengan kedua tangannya.

Aku memegangi payudara kanan Rini, mengelusnya perlahan membuat Rini tersenyum-senyum geli. Ia mendesah-desah ketika aku pelintir putingnya ke kanan dan ke kiri. Lalu segera mencomot putingnya yang tersipu dengan mulutku. Puting itu tersendal-sendal oleh lidahku.
Deni.. dahsyat banget, uaohh.. enak.. ayo Den.. teruss..

Rini menceracau tak karuan, tangannya menjambak-jambak rambut gondrongku. Kakinya bergelinjang-gelinjang kesana kemari. Binal juga gadis ini, pikirku. Aku berpindah menyamping, menghindari sepakan kaki Rini. Jangan sampai penisku terkena sepakan kakinya, bisa kalah aku nanti. Justru dengan menyamping itulah Rini semakin bebas. Bebas membuka resleting jeans yang dipakainya. Tapi dasar binal! Gerakannya yang tak karuan membuat kami berguling jatuh di lantai kamar. Dan payudara kanannya lolos dari kulumanku.

Gimana sih, Rin? Jangan banyak gerak dong! Ujarku sedikit kesal.
Habis kamu ganas banget sih.. Hiburnya dengan tatapan menggoda.

Untuk mengobati kekesalan hatiku Rini segera membuka semua pakaiannya tanpa kecuali. Jelaslah sudah tubuh mungil Rini yang mempesona. Air liurku segera terbit, inginnya mengganyang tubuh mungil itu.

Tubuhnya yang meliuk-liuk semampai, dua payudaranya yang nampak ranum bengkak sebesar buah semangka, perutnya yang langsing bagai berstagen tiap hari, ahh.. Lalu, bagian kewanitaannya! Uhh, pussy itu cukup besar dengan bulu-bulu basah yang menghiasinya. Pahanya yang sekal membuatku ingin mengelusnya, dan betisnya yang mulus nan langsat.. ehmm.. Maka dengan tergesa-gesa aku melucuti pakaianku, tanpa terkecuali!

Wah! Pistolmu besar Den! Kata Rini yang segera berjongkok dan meremas gemas batang penisku yang sudah sangat tegang.
Auh.. jangan begitu, geli kan? Jawabku menepis tangannya.
Jangan malu-malu, pistol sebesar ini, pasti ampuh.

Rini terus saja membelai-belai batang penisku yang ukurannya bisa dibilang mantap. Semakin lama batang penisku semakin menegang, rasanya mau meledak saja. Tubuhku bagai tersiram air hangat yang kemudian mengalir di setiap sendi darahku.

Engh, auh.. Aku berdehem-dehem asyik saat Rini asyik memainkan jemari tangannya pada batang penisku.

Telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran yang kemudian digerak-gerakkan keluar masuk batang penisku. Layaknya penisku bermain hula hop. Spermaku mencoba meyeruak keluar, tapi aku tahan dengan sekuat tenaga. Aku remas-remas rambut panjang Rini.

Tapi kemudian Rini yang semakin gemas segera memasukkan batang keperkasaanku itu ke dalam liang mulutnya. Lalu dia mengemutnya bagai mengemut es lilin.

Ehg.. ehmm..
Terdengar suara desisan Rini bagai sangat menikmati batang penisku, begitupun aku. Bagaimana tidak, bibir tebal Rini segera melumat kulit penisku, lalu lidah Rini menjilat-jilat ujungnya. Nafasku serasa putus, keringatku merembes dari segala arah. Sedang Rini bagai kesetanan, terus saja menciptakan sejuta keindahan yang siap diledakkan.

Crot.. crot.. Tak ada yang bisa menahannya lagi. Spermaku keluar menyembur ke liang mulut Rini. Gadis itu nampak sedikit tersedak, beberapa sperma muncrat keluar mulutnya dan kemudian membasahi pangkal penisku.

Ehmm.. ehmm.. keluarkan teruss.. ehmm, Ujar Rini dengan mulut yang penuh dengan cairan spermaku.
Srup, srup, ia meminumnya dengan semangat sambil tangannya menggelayut di pahaku. Ujung penisku dikenyot-kenyot membuat geloraku makin berdenyut-denyut.

Karena tak tahan maka tak ayal lagi aku segera menubruknya. Menindih tubuh mungilnya lalu melahap bibir nakalnya. Lidah kami bergelut di dalam, menggigit-gigit gemas dan penuh nafsu. Tak peduli Rini merintih-rintih. Entah karena aku terlalu rakus mengganyang bibirnya, atau berat menahan tindihanku. Yang pasti rintihan Rini terdengar sangat merdu di telingaku.

Maka setelah puas mencumbui bibirnya aku segera beralih kepada pussy-nya. Benda keramat itu entah sudah berapa kali kebobolan, aku tak peduli. Kali ini ganti kau yang kukerjain, pikirku.

Langsung saja aku lebarkan paha Rini sehingga jelas pussy berumput yang sangat basah itu. Jemariku memainkan daging gemuk itu. menyusuri perbukitan yang berlorong. Lalu memelintir klitorisnya ke kanan dan ke kiri. Surr.. menyembur lagi cairan kewanitaan Rini. Bening menetes diantara jemariku.

Den.. tunggu apa.. ayo dong..
Aku datang sayang.

Wajahku segera mendekat ke pussy Rini. Lalu tanganku sedikit membuka si pussy sehingga aku bisa menikmati goa kenikmatan itudengan mataku walau hanya sebentar. Srup, srup, aku jilati pussy basah itu. Lidahku sengaja mencari-cari lubang yang mungkin bisa kutembus. Lidahku semakin ke dalam. Mempermainkan klitorisnya yang kenyal. Tanganku pun menyempurnakan segalanya. Bermain-main di payudara Rini yang semakin tegang, mengeras. Sayup-sayup terdengar suara erangan Rini. Aku harap gadis itu juga menikmatinya.

Ayouhh Den, masukk, aku tak tahan lagi..
Suara gadis itu terdengar lemah, mungkin sudah keletihan. Aku pun sudah cukup puas beranal ria. So, tunggu apa lagi?? Aku meminta Rini untuk menungging. Gadis itu menurut dengan wajah letih namun penuh semangat. Kemudian aku segera memasukkan penisku ke lubang kawinnya. Mudah. Sekali hentakan sudah masuk. Lalu kucabut dan kumasukkan berkali-kali. Lalu kubiarkan terbenam di dalam beberapa menit.

Eghh.. Rini menahan rasa nikmat yang kemudian tercipta.
Tubuhnya sedikit mengejang tapi kemudian bergoyang-goyang mengikuti gerakan penisku. Aku segera mengocok penisku dengan kekuatan penuh. Dan kemudian.. kembali spermaku muncrat keluar memenuhi lubang kawin Rini.

Beberapa saat kami saling menikmati kenikmatan itu. darahku seakan berhenti mengalir seperti ada hawa panas yang menggantikan aliran darahku. Seluruh persendian terasa tegang, tapi kemudian seperti ada rasa kepuasan yang tak bisa terucapkan.

Hingga kemudian aku mencabut kembali batang penisku dari pussy Rini. Gadis itu kembali terlentang di lantai kamar hotel. Sedang aku segera menghempaskan tubuhku di atas kasur. Dinginnya lantai kamar yang menyentuh jemari kakiku tak bisa mengalahkan panasnya suasana kamar itu. Bau keringat kami berbaur.

Namun tiba-tiba batang penisku yang sudah mulai mengendur tersentuh kulit halus wanita. Ketika aku mendongakkan wajah ternyata Rini yang telah duduk di depan kakiku sambil mengelus-elus batang penisku.

Den, kamu hebat banget. Aku benar-benar puas.
Ehng.. kamu juga. Sekarang kamu mau minta apa??

Cerita Dewasa  : Gadis itu masih diam sambil terus mempermainkan batang penisku. Gawat, bisa-bisa bangun lagi batang penisku. Bisa perang lagi nih, dobel dong tarifnya.

Kamu minta apa? HP? Duit?
Aku minta.. minta lagi deh, Kata Rini yang kemudian kembali mengenyot batang penisku.
Waduh, bisa-bisa lembur nih!, pikirku.

Cerita Dewasa : Ira Kakak Iparku yang Nikmat

Kejadian Cerita Dewasa ini baru saja terjadi sekitar sebulan lalu. Tapi gw memimpikan hal ini sudah sekitar setahun terakhir. Gw punya 2 orang Kaka Ipar dan satu adik Ipar. Kaka Ipar gw yang pertama relatif agak jauh usianya dengan gw tapi untuk yang kedua relatif tidak terlalu jauh beda sekitar 4 -5 tahun aja. Kejadian Cerita Dewasa ini gw alami dengan Kaka Ipar gw yang kedua, Mira namanya tapi kita-kita manggilnya Mba Ira.

Cerita Dewasa : Ira Kakak Iparku yang Nikmat - http://www.mediapublix.net/

Dia wanita karir. Awalnya gw gak terlalu perhatikan dia. Tapi dalam waktu satu tahun terakhir ini gw mulai perhatikan dia karena dia rajin senam dan fitness yang membuat bodynya makin enak dipandang, bohay kata cowo. Gw mulai berpikir nakal tentang dia. Mulanya sih gw gak berpikir apa-apa. Karena gila kali ngembat Kakak Ipar. Tetapi semenjak gw pake BB, gw jadi sering komunikasi ama dia lewat bbm. Pertama - tama seputar urusan keluarga dan kerja aja. Namun terakhir-akhir agak ngejurus ngomongin seputar dada dan selangkangan. Gw yang puji - puji dia duluan. Gw bilang Mba Ira makin seksi deh ... eh dia nanggapin ... lanjut deh ... sampai sekitar sebulan yang lalu gw nekad kirim gambar porno ke dia gw bilang "Maaf Mba Ir salah kirim ... surprise dia gak marah malah minta kirim lagi ... Glekkk ...

Nah kejadian yang nikmat itu terjadi pas dia lagi datang ke rumah mau ketemu isteri gw. Dasar rejeki ... isteri gw ama anak2 gw pas lagi gak di rumah. Dia sih awalnya sedikit nervous waktu tau isteri gw gak di rumah. Cuma gw belaga gak tau aja. Gw ajak dia ngobrol sana sini aja. Sampai akhirnya dia gak nervous lagi. Gak lama kemudian dia minta ijin ke kamar mandi. Hmmmm ... sekarang atau gak sama sekali ni pikir gw. Kebetulan pintu kamar mandi lagi rusak. Jadi gw bilang "Mba Ir ... kamar mandi yang ini (ruang tangah) lagi rusak, Mba Ir pake yang belakang aja ya tapi kecil sih Mba." Gpp Dan, Mba pake yang ini (ruang tengah) aja. Gw langsung samber aja ... Ntar klo pintunya gak dikunci aku bisa nyelenong masuk lho ..." Buset ...gw nekad banget ... dan yang bikin serrr ... dia cuma mengerling manja sambil berlalu ke kamar mandi.

Dan bulat dah tekad gw.... Hmmm ... gw embat nih cewe ... Setelah dia masuk kamar mandi gw langsung beraksi, gw kunci pintu depan dan volume TV gw naikin. Dengan pelan - pelan gw mengendap - ngendap ke pintu kamar mandi. Gw buka celana pendek, celana dalam gw lepas trus ge pake celana pendek lagi. Stelah gw ambil nafas .... gw buka pintu kamar mandi. Dia kaget ... "Apaan sih Dan ....." Ngaco deh kamu ...

Tanpa bak bik buk lagi dia yang lagi duduk di toilet gw samperin terus gw pegang leher bagaian belakang and then gw cium dia ... pertama dia nolak - nolak gitu tapi gw gak nyerah ... gw lumat bibirnya dan ... ajib ... dia balas nyium malah lebih hot dia .....Lama juga kita ciuman ....

Dan yang bikin gw makin kalap .... tangannya ngeraba konxxx gw ... ****** .... gak lama dia lepasin ciumannya dan .... loe pada pasti taulah ... konxxx diemut ... buset .... Ya udah gw pegang lehernya lebih keras dan gw pake dah mulut dia yang imut, gw embat tuh mulut Mba Ir yang munggil ... Beberapa kali dia kesedak karena konxxx gw yang panjang 21 diameter 6 ini. Gw makin nafsu perlahan gw buka baju kaosnya dan ya ampun doi pake bh item .... gw biarian bh tetap terpasang tapi tuh puting dia langsung gw pilin - pilin abissss ... Doi mengelinjang sakit ... Aduh Dan sakiiit .... sambi ngelepas konxxx gw.

Kontan gw bimibing dia dari posisi duduk untuk berdiri. Trus gw pelorotin celana panjangnya yang masih jadi satu ama cdnya.. praktis dia hanya pake bh. Gw putar badannya, toilte gw flush terus gw tutup ... kaki kanan dia gw naikin dan .... konxxx gw bimbing ke vaginanya ... Gw berpikir .... gw membat aja dulu nanti kesenangannya belakangan dah ....

Cerita Dewasa : Gak susah untuk bimbing konxxx gw sebentar gw dah gesek - gesek .... konxxx di bibir vaginanya. Aduh Dan ... jangan keterusan ....gak mau ahhh ... Dalam hati gw bullshit loe .... 
Gak banyak cakap secara konxxx gw dah basah ama ludah dia gw sodok aja konxxx gw ... Buset nikmat banget .... Doi jerit kecil ... Aduh Dan .... Kamu kok tega siiiiiihhhhh .... dan herannya gw makin nafsu denger itu ... Gw sodok lagi .... Keras ... masih belum semua ... Dia ngerintih lagi ....Tapi rintihannya dah ganti sekarang ... Pelan Dan .... aku keskitan nih .... Dan gw dah pasti gak dengerin itu ... Gw sodok lebih keras lagi dan ... sleeep amblaslah konxxx ... sampai ke dasar vaginanya .... dia jerit .... mentok konxxx gw .... Ajib masih rapet Bro .... secara dia mmg ngelahirin 2 kali lewat operasi cecar.

Dan gw kocok abis dia sambil payudaranya gw remas-remas .... Awal - awal dia pasif, tapi pertengahan main dia mulai ngegoyang konxxx gw. Emang enaknya main ama ce ST, kita gak perlu ngajarin ya Bro and Sist. Gak pake dikomando sodokan gw ama goyangan dia jadi seirama. Tangan gw praktis bekerja dengan sendirinya. Tangan kiri pegang bahu kanan dia dan tangan kanan gw ngeremas abis dia punya payudara. Buset sensasinya enak banget ternyata secara selama ini gw dah ngimpiiin ML ama doi. 

Gw baru tau ternyata doi tipe yang rame klo lagi ML. "Oh Dan ... enak Dan .... aduuuh nikmat banget ... Tapi gw tetap berusaha kuasai keadaaan. Gw bisikin pelan .... Enak ya Ir ? ... Doi gak jawab ... "Jawab dong Say ?" .... Uuuh ... enak banget Dan .... Kamu dah jarang dipake ya ? ..... Uuuuh ... Konxxx gw enak gak ? Eeeeennnaaakkkk .... Gede mana ama punya suami loe ? .... Punya kamuuuuu lebih gedeeee .... aduuuh .... oooooh .... Makin gw kencengen Bro ... Untuk Sistah2 pasti tau rasanya kan ? Dia makin kalap, tangannya yang kiri berusaha pegang pinggang gw ... takut dilepasin .... 

Gw tau persis apa yang harus gw lakuin .... Pas dia lagi naik gitu ... mendadak gw cabut konxxx gw dan .... Dia kaget trus .... Aduuuuh Daaaaan kok dicabuuuut , jaaaahhhhhaaaattttt ..... Gw bisikin lagi .... Masih pengen Ir ... ? Heeeehhh ... masukin lagi dong Dan ..... sambil dia ngeliat ke arah gw .... Loe minta dong ? Dia diem aja ... Ayo minta .... Gmn caranya ? tanya dia ... Loe bilang "Daaaan ..... please entot gw ???? Dia cuma diem ... ayo mau gak ..... Uuuuuuhhhh ... Daaaan .... please entot gw .... YESSSSS ..... dapat gw ....

Langsung gw sodok lagi .... kali ini dia makin hoottt aja goyangannnya ... Dan rancauan mulutnya mulai lagi ... Aduuuh ... oooohhh ... Gw naikin kecepatan sampe bunyi Ceplok .... ceplok .... karena pantatnya kena dorongan .... Gak kesadar dia sampe gw pepet ke tembok ..... Tangan dia gw bentangin .....Badan gw mempet badan dia ... 10 menitan gw kocok abis dia.

Aduuuh Daaaann .... aku mau keluar nih .... Gpp Ir ... Jangan ditahan ... Ayo goyang terus ..... Aduuuuuuuh ... bersamaan dia blg gitu tangannya mengepal seperti mau menarik sesuatu ..... Uhuuuy .... keluar doi ......

Dah dulu Daan ..... Gw belaga ngebudeg ... Pelan - pelan gw kocok lagi doi .... makin kencang - makin kencang .... Doi On lagi .... Mantaaabbbsss ..... Ngerancau lagi doi .... Uuuuh ... yes .... nakkkaaaalll kamu Daaaannnn ....Tapi enak kan ???? Enaaaakkk ..... Aku takut nih Ir ???? ... Takuuut napa Daan ... tenang aja aku suntik KB kooookkk .... Bukan gitu Ir ... sambil terus ngocok ... Gw takut nanti gw ketagihan .... Gak apa apa Daaan .... naaannnntiiii mintaaa aja lagi ... oooohhh .... YESSS .... kena lagi doi .....

Gak lama doi keluar lagi Bro ..... 2 - 0 .... dia sampe ampun - ampun ... Kemudian gw turunin kakinya. Gw posisiin dia doggy style ... Gw embat lagi .... Dan posisi doggy membuat dia makin cepat keluar .... Dalam 15 menitan .... 3 - 0. 

Aduuuuhhh udah Daaannnn .... aku cape .... Sekali lagi ya Say ..... Gw cabut konxxx dan langsung gw arahin ke anusnya .... Addduuuuu Daaan kamu mau ngapaiiiinnn ???? Gw dah gak peduliin ... Gw tarik rambut dia dan sleep .... amblesss konxxx di anus dia .... Widddihhh ...... belum pernah dipake ama suaminya .... Mantaaabbbbbssss ... Ampe berdarah dia .... Pas gw ngerjain lewat belakang ini lah akhirnya gw gak tahan .... Tapi gw mau kasih pengingat yang lain buat dia biar dia ketagihan. Pas gw dah mau keluar gw cabut konxxx gw putar badan dia duduk di toliet lagi gw pegang lehernya dan sleeb gw masukin konxxx gw di mulutnya .. gw kocock sebentar ... dan crooot .... croott .... crooottt .... crooottt ... gw keluarin mani gw dimulutnya ... gw kencengin pegangan leher dan kepalanya sampai dia minum abis tuh mani gw .... Buset puas banget gw .......

Cerita Dewasa : Dan dasar rejeki ... pas abis gw keluar gitu gw denger mobil isteri masuk garasi .... Pas banget ... 
terakhir sebelum gw keluar gw bisikin dia ... "Ira .... meki loe enak banget ... thanks ya ..., dan besok gw minta lagi ya Say " ...sambil gw remes payudaranya ... Dia cuma bisa bilang manja .... "Nakaaal kamu

Cerita Dewasa : Dosenku Selingkuhanku

Cerita Dewasa ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Cerita Dewasa waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima.

Cerita Dewasa : Dosenku Selingkuhanku - http://www.novelremaja.com/

Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku. Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya.

Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.. Itu apanya Bu? tanyaku. Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita, Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku, kataku. Oh. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri, kata Ibu Vivin. Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini.

Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saaat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur. Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu? tanyaku. Kamu kok nggak kuliah? tanya dia. Habis sakit Bu, kataku. Sakit apa sakit? goda Ibu Vivin. Ah Ibu Vivin bisa aja, kataku. Sudah makan belum? tanyanya. Belum Bu, kataku. Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya, katanya. Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi.

Cerita Dewasa : Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya. Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu? tanyaku. Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu, katanya. Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis, kataku. So pasti dong, katanya. Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kimpoi, dengan enaknya aku nyeletuk. Aku bersedia kok, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya. Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin, kataku. Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu, katanya. Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya.

Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, Aku sayang kamu, Ibu Vivin, tapi dia tidak menjawab sedikitpun. Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, Aah cup cup cup dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja. Aah jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya! Kubisikkan Ibu Vivin, Vivin kita ke kamarku aja yuk!.

Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. Ah ssh terus Ian, Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, Aah sssh dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, Aah aku juga sudah mulai terangsang. Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu cantiknya gundukan yang mengembang.

Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, Aah uh sssh Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi, Sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. Oh besar amat, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, Uuh uh shhh.. dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, Aah uh ssh.. terus Ian, Vivin mengerang. Aku juga enak Vivin, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, Assh oh ah. Vivin terus sayang, Dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, Aahk uh ssh.. sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kuubah posisi, kembali memanggut bibirnya. Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya.

Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, Aakh sshh pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan, katanya. Haaa aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blessst, Aahk teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin Aakh ushh usssh ahhhkk aku mau keluar Ian, katanya. Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh kataku.

Cerita Dewasa : Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan Crot crot cret banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. Aakh aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, Kamu menyesal Ian? tanyanya. Ah nggak, kitakan sama-sama mau. Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.